Fakta Letusan Gunung Krakatau Tahun 1883,Terasa Sampai ke Australia
Gunung Krakatau merupakan salah satu gunung berapi paling terkenal di dunia. Gunung ini telah mengalami beberapa kali letusan di masa lalu.
Gunung Krakatau terletak di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra. Dikutip dari Encyclopedia Britannica, gunung ini juga terletak di sepanjang lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia.
Salah satu Fakta letusan Gunung Krakatau yang paling terkenal adalah pada tahun 1883. Letusan ini merupakan yang terbesar yang melanda banyak negara di dunia.
Kehebatannya bahkan mempengaruhi suhu bumi hingga beberapa tahun setelah letusan terjadi.
Simak beberapa fakta letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 di bawah ini.
Tanda-tanda Erupsi sudah terasa sejak Mei
Letusan Gunung Krakatau terjadi pada 27 Agustus 1883. Namun, tanda-tandanya sudah terlihat sejak Mei.
Dulunya gunung ini “tidur” selama 200 tahun. Aktivitas Gunung Krakatau mulai terlihat pada tanggal 20 Mei 1883.
Awan abu mulai terlihat di ketinggian 11 km di atas pulau. Guncangan bisa dirasakan hingga Batavia (Jakarta) yang jaraknya hampir 50 km.
Letusannya terdengar hingga ribuan mil
Gunung Krakatau mulai meletus pada 26 Agustus 1883. Awan abu membubung hingga ketinggian 35 km.
Wabah terburuk terjadi pada hari berikutnya. Gunung Krakatau meletus 4 kali dalam 4,5 jam. Erupsi dimulai pada pukul 05.30 WIB.
Wabah yang dihasilkan sangat besar. Saking hebatnya, letusan Gunung Krakatau terdengar sampai ke Sri Lanka dan Australia.
Wabah terakhir tercatat sebagai wabah terbesar. Kekuatannya bahkan melebihi bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima. Letusan terakhir Gunung Krakatau terjadi pada. 10.02.
Menyebabkan tsunami besar
Akibat letusannya yang besar, goncangan yang terjadi juga sangat kuat. Gempa saat letusan Gunung Krakatau menyebabkan tsunami besar.
Ketinggian tsunami saat itu lebih dari 36 meter. Korban tewas akibat letusan Gunung Krakatau sebanyak 36.417 orang. 90 persen di antaranya meninggal dunia akibat tsunami.
Meludahkan debu hingga puluhan kilometer kubik
Selain magma, letusan gunung berapi juga mengeluarkan abu. Abu letusan Gunung Krakatau kemudian mencapai 17 kilometer kubik.
Abunya tersebar di hampir setiap bagian dunia. Saking banyaknya, Matahari tidak terlihat selama 3 hari di sekitar kawasan pegunungan.
Letusan Gunung Krakatau mengubah suhu bumi
Debu dari letusan Gunung Krakatau menutupi atmosfer bumi. Hal ini menyebabkan suhu bumi turun hingga 1,2 derajat Celcius.
Suhu ini bertahan hingga 5 tahun setelah letusan. Pasca erupsi, Gunung Krakatau kembali tenang.
Pada tahun 1927, beberapa nelayan menemukan aktivitas vulkanik di letusan Gunung Krakatau sebelumnya. Dalam beberapa minggu, puncak gunung baru terbentuk.
Dalam setahun, gunung itu membentuk pulau kecil. Pulau itu kemudian diberi nama Pulau Anak Krakatau.
Gunung Anak Krakatau telah beberapa kali meletus. Terakhir, letusan Gunung Anak Krakatau terjadi pada April tahun ini.